Jumat, 22 April 2011

Keagungan Kasih dalam Sengsara Jumat Agung


Lukas 23:44-46 Ketika itu hari sudah kira-kira jam dua belas, lalu kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga, sebab matahari tidak bersinar. Dan tabir Bait Suci terbelah dua. Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: "Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku." Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawa-Nya.

Tadi pagi saat ibadah di gereja mengenang sengsara Yesus, bapak pendeta membawakan renungan sambil para jemaat diminta untuk berdiri dan merentangkan kedua tangan seolah-olah sedang disalib. Hanya berlangsung sekitar tujuh menit, tapi rasanya kedua lengan ini sudah mulai merasa pegal-pegal dan tidak kuat untuk direntangkan berlama-lama. Banyak jemaat yang terlihat mulai menurunkan dan mengibaskan tangan mereka. Ya Tuhan, merentangkan kedua tangan selama tujuh menit saja rasanya sudah seperti itu, bagaimana dengan Yesus yang mengalami penyiksaan selama tiga jam lebih di Golgota? Belum lagi segala penghianatan, penolakan dan caci maki yang diterima oleh Yesus selama masa hidupNya. Mengingat sengsara dan penderitaan Yesus yang begitu hebatnya, air mata pun jatuh mengalir dengan deras.

Yesaya 53: 1-12
Isi nubuatan Yesaya 53 menggambarkan penderitaan yang dialami Yesus di sepanjang jalan salib. Yesaya menulis ratusan tahun sebelum Tuhan Yesus lahir, dan Yesaya mati ratusan tahun sebelum Yesus lahir, namun tulisannya bercerita hari kejadian penyaliban Yesus sangat tepat dengan kejadian nyatanya.  Ini salah satu bukti bahwa Alkitab adalah Kitab Suci, Tuhan mengatur isi Alkitab, dan Dia tidak pernah salah memberi nubuat.

Mari kita lihat perjalanan salib Yesus Kristus sejak meninggalkan Getsemani, dari pengadilan ke Golgota – kita akan lihat dengan membandingkan nubuat Yesaya dengan Kejadian jalan Salib Yesus Kristus yang sungguh dialami Yesus ratusan tahun setelah nubuat itu. 
1.      Yes 53:3 Ia dihina dan dihindari orang.
Dihindari orang adalah hal pertama yang dicatat kitab Lukas setelah Yesus meninggalkan Getsemani.  Saat Tuhan Yesus ditangkap, semua murid-murid dan pengikutNya lari kocar-kacir meninggalkan Tuhan Yesus.  Tidak ada yang berani mendekat dan terlibat, takut ikut ditangkap.  Ia dihindari orang.  Bahkan Petrus yang pernah mengaku bahwa ia berani mati bagi Yesus pun, tidak berani mendekat, Hatinya ingin dekat, tapi ia takut. Jadi ia diam-diam, menyelinap membuntuti Tuhan Yesus. Tapi itu tidak berlangsung lama, karena kemudian Ia dihianati sahabat atau murid terdekatNya.  Petrus mengkhinati Yesus dengan menyangkal Dia di hadapan para wanita. Padahal wanita, dalam budaya Yahudi saat itu dipandang lebih rendah dibanding para pria. Mereka tidak punya daya, tapi terhadap wanita seperti itu Petrus takut untuk mengakui Yesus, ia mengatakan, “saya tidak kenal orang itu”.. (Lukas 22:54-62). Bayangkan jika misalnya teman akrabmu, yang setiap hari bermain denganmu, mengobrol denganmu, tiba-tiba berkata di depan orang yang baru kalian kenal, ”Maaf, aku tidak kenal orang ini” – dengan ekspresi serius, bukan bercanda.  Pasti kita sakit hati.  Itu yang dialami Yesus, disakiti hatiNya oleh para murid dan pengikutNya karena mereka semua menghindari Dia.  Tapi Yesus tidak mendendam.
2.      Yes 53:3 Ia dihina dan hindari orang.
Dihina orang adalah hal kedua yang dicatat Lukas tentang perjalanan Tuhan Yesus menuju Golgota, mulai Lukas 22:63 – dikatakan “Orang-orang yang menahan Yesus, mengolok-olokkan Dia sambil memukuli dan menyiksa Dia.”
Muka Yesus ditutupi, lalu mereka memukuli Dia, tanpa Dia bisa melihat siapa yang memukulNya, dan mereka mempermainkan Yesus dengan mengajak main tebak-tebakan, siapa yang memukuli Dia?  Ini penghinaan yang luar biasa bagi seorang Raja di atas segala raja.
3.      Bukan cuma itu, Ia juga dipukul dengan cambuk.  Cambuk romawi bukan sekedar satu tali rotan yang lentur dan keras, tapi merupakan tali yang bercabang sampai 5 atau 6 cabang, yang diujung masing-masing ada benda tajam, seperti mata kail yang terbuat dari tulang-tulang hewan yang tajam.
Tuhan Yesus sudah mengalami penyiksaan  itu sejak ia dalam pengadilan, ia dicambuk dengan 5 atau 6 mata kail yang sekaligus menghujam tubuhnya, dan ketika ditarik, punggungnya bukan cuma berdarah, tapi daging dan kulitnya ikut tertarik bersama ujung kail itu.  Ini terjadi berulangkali!
·         Ketika selesai dicambuk, tubuhnya robek-robek penuh luka, langsung dikenakan jubah ungu untuk mengejek Dia.  Jubah itu yang terus dipakai sepanjang perjalanan menuju Golgota.  Luka yang masih basah, mengering dan lengket mengeras di kain ungu itu.  Ketika sampai di Golgota, dengan paksa para prajurit menarik jubah itu, dan koreng yang melekat ikut tertarik, luka-luka lama terbuka lagi, jauh lebih sakit dari sebelumnya.
·         Paku besar menghujam tangan dan kakiNya,
·         Orang-orang mengejek Dia “Hai engkau pembuat mujizat, tolonglah diriMu sendiri”.
Ia dihina, dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan.  Ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap Dia, dan bagi kita pun dia tidak masuk hitungan. Kondisi Yesus yang berlumur darah, membuat orang menutup muka, tidak ada yang mau memandang rupanya  – karena begitu buruk akibat siksaan.
Sejak di pengadilan, wajah Yesus sudah hancur, catatan sejarah menunjukkan bahwa tulang pipinya retak, tulang hidungnya patah, matanya bengkak dipukuli, dan tubuh Yesus pun sudah hancur kena cambuk.  Setelah diadili bolak-balik antara Pilatus dan Herodes, akhirnya di tangan Pilatus, keputusan diambil, Tuhan Yesus diputuskan disalib, bukan karena ditemukan kesalahan pada diriNya, tapi Ia diberikan Pilatus untuk menghindari pemberontakan orang-orang Yahudi.  Yesus ditukar dengan penjahat-pembunuh bernama Barabas.  Pada jaman itu, dalam hukum Romawi, ada aturan tukar terdakwa khusus bagi terdakwa bangsa Yahudi.  Jadi Yesus divonis mati, sebagai menggantikan Barabas yang sudah divonis mati.  Bangsa Yahudi yang sudah gelap mata, lebih memilih Barabas orang yang pernah membunuh, mencabut nyawa, untuk dibebaskan, dan menuntut Yesus, yang pernah membangkitkan orang mati, untuk dihukum mati.  DOSA MENGGELAPKAN MATA MANUSIA, DAN MEMBALIKKAN KEADAAN.  YANG BERSALAH DIBEBASKAN DAN YANG BENAR DIHUKUM MATI.
4.      Yes 53:7 Setelah keputusan diambil Pilatus, Yesus digiring, memikul salib menuju Golgota.  Ia menuju Golgota tanpa protes, tanpa berkata apa-apa: “Dia tidak membuka mulutNya, seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, Ia tidak membuka mulutnya.”  ‘Membuka mulut’- sesuai bahasa Ibrani yang dipakai kitab Yesaya, punya arti: tanpa protes, tanpa mengeluh.  (Penjahat asli, biasanya berdalih pada saat ketangkap basah, bahkan saat dijatuhi hukuman pasti – masih tetap protes, hal pertama yang dilakukannya adalah “buka mulut : SILAT KATA, ALIAS BERDALIH” untuk menghindari hukuman.  Tapi Tuhan Yesus tidak buka mulut sama sekali. Ia tidak protes, tepat seperti yang dinubuatkan nabi Yesaya.  Manusia biasa tidak akan tahan diperlakukan demikian, termasuk penjahat yang digiring sampai ke salib bersamaan dengan Tuhan Yesus, mulut mereka penuh sumpah serapah, kutukan, protes.  Mereka tidak mau dihukum mati, sekalipun mereka berbuat banyak kejahatan, mereka tidak bisa terima kenyataan itu. Di tengah brutalnya penyiksaan, penjahat-penjahat ini tidak  bisa mengendalikan emosi mereka,
Tuhan Yesus tidak membuka mulutNya untuk protes, tak ada kata-kata kotor keluar dari mulutNya, karena tidak ada kekotoran dalam hatiNya.  Ia membuka mulutnya, tapi  dengan 7 kalimat yang positif, penuh kasih, pengampunan, dan perhatian. Keluh sakit yang diucapkannya, juga bukan merupakan protes atau pemberontakan kepada para penyalibNya. Ia mengeluh langsung kepada Bapa di sorga, keluhan tanpa protes dan tanpa kutukan.
5.      Hal lain yang dicatat Yesaya, yang benar-benar dialami Yesus, Yes 53:5 : Ia tertikam oleh karena pemberontakan kita.  Di atas salib, perut Yesus ditikam hingga menembus  lambungNya.
Lambung yang tertikam, kepala yang berdarah oleh mahkota duri tajam yang bukan cuma diletakkan begitu saja, tapi ditancapkan keras di kepala, tubuh yang robek-robek akibat cambuk yang menghujam dan menarik daging Yesus, membuat orang-orang di sana saat itu berpikir, “sungguh orang ini sedang dimurkai Allah”.  Tetapi sesungguhnya, ‘penyakit’ kitalah yang ditanggungNya, dan kesengsaraan kita yang dipikulNya, semestinya yang berada di sana adalah kita yang berdosa.
Yesus mati menggantikan hukuman dosa kita semua.  Tuhan tahu, tidak ada  manusia yang sanggup membayar dosa manusia sendiri yang terlalu besar dan banyak. Manusia tidak bisa menghapus dosanya sendiri, itulah sebabnya dalam kekristenan perbuatan baik tidak membawa manusia masuk ke sorga, sorga adalah tempat kudus, tidak boleh ada dosa di sorga, itu sebabnya sekalipun manusia sudah berbuat ratusan juta kebaikan, tapi jika ada satu dosa saja – tidak bisa masuk ke sorga.  Untuk alasan ini, Tuhan Yesus, sekalipun sanggup dan berkuasa untuk melepaskan diri dari kayu salib, Ia tidak memikirkan diri sendiri atau menjaga gengsi diri sendiri. Ia memilih mati bagi manusia.
Inilah alasan Yesus mau mati bagi manusia karena KASIH.  Alasan kedua kenapa Yesus mau mati bagi manusia adalah KARENA TANPA KEMATIAN TIDAK AKAN PERNAH ADA KEBANGKITAN.  JIKA YESUS tidak pernah mengalami kematian, Ia tidak akan bangkit dan membuktikan kemenangan atas kuasa maut.  Yesus memutuskan untuk mati agar ada kemenangan, mematahkan kuasa iblis.

Semua yang terjadi pada Yesus di Golgota, seluruh pengorbanan dan lukaNya membuktikan Kasih Tuhan yang besar pada manusia.  Dan Tuhan mau kita sebagai manusia yang telah ditebus menghargai luka-luka dan pengorbanan yang sudah Ia perbuat bagi kita.
SAKIT DAN LUKA yang Tuhan Yesus rasakan jauh lebih besar dan dalam dari sakit dan luka kita.  Padahal semestinya kitalah yang menanggungnya.  Karena itu, jangan lagi sengaja dan membiarkan diri terus menyakiti hati Tuhan. Mari kita belajar menghargai pengorbanan Tuhan Yesus.
Jika kita sadar kita sudah dibayar mahal dengan darah dan penderitaanNya, semestinya kita berhenti terus menerus melukai hati Yesus. JIKA ENGKAU MENGERTI APA ARTINYA DITUSUK, DICAMBUK HINGGA ROBEK, DIPUKUL HINGGA TIDAK BERBENTUK, DAN ITU SEMUA DEMI DIRIMU, ENGKAU TIDAK AKAN MEREMEHKAN PENGORBANAN YESUS DENGAN BERBUAT DOSA SEDIKIT-SEDIKIT.  TAPI ENGKAU AKAN BERJUANG SEBISA MUNGKIN MELAKUKAN YANG TERBAIK. BERHATI-HATI DENGAN HIDUPMU, SUPAYA YESUS TIDAK DILUKAI KEDUA KALINYA. Itu baru pertobatan sejati.

Pertobatan sejati bukan sebatas menangis mengakui “aku sudah berbuat dosa ini dan itu”  Pertobatan sejati dimulai dengan pengakuan dosa dan dilanjutkan dengan membiarkan/membuka hati menerima Yesus sebagai Juruselamat. Ada orang-orang yang mau menjadikan Yesus sebagai juruselamat tapi tidak mengijinkan Dia jadi Tuhan atas hidupnya.  Maunya Yesus menebus dosanya dan menyelamatkan hidupnya hingga tidak masuk neraka, tapi tidak mengijinkan Yesus jadi Tuhan yang mengatur hidupnya, tidak mengijinkan Yesus mengatur tingkah lakunya, tidak mau melakukan yang menyenangkan hati Tuhan tetap seenaknya dalam perkataan dan perbuatannya.
Ketahuilah, air mata tidak menjamin bahwa seseorang bertobat sejati. Tapi pertobatan sejati pasti diiringi Air mata pertobatan dan terima Yesus sebagati Tuhan dan juruselamat disertai dengan usaha/perjuangan untuk tidak mengulangi dosa yang sama, perjuangan menghindari berbagai dosa apapun versinya – alias TAAT, menghargai pengorbanan Tuhan Yesus.
Peristiwa dari pengadilan ke Goltota tidak berhenti sampai kepada kematian saja.  Setelah semua itu, Yesus bangkit mengalahkan kematian (maut). Yesus adalah Tuhan yang menang atas kuasa maut, karena itu kemenangan juga menjadi milik kita. Oleh karena itu kita patut hidup selayaknya orang yang menang, tidak lagi membiarkan hidup kita diperbudak oleh dosa.