Rabu, 13 April 2011

Menghormati dan Memuliakan TAMU

Teman-teman warna-warni, selamat pagi/siang/sore/malam dimanapun Anda berada. Selamat beraktivitas…

Kali ini saya pengen share sedikit cerita bagaimana menghormati tamu, dimana masih banyak pandangan yang menganggap bahwa “tamu adalah raja”.

Berikut adalah pengalaman teman saya yang menjamu tamunya, sebut saja namanya Lisa. (daripada dikasih nama ‘Bunga’, terkesan kayak nama samaran korban perkosaan atau gadis malam deh. Hehehe…)
Pada suatu malam kira-kira jam setengah 9, ada orang yang mengetuk pintu datang bertamu ke rumah Lisa. Mereka adalah seorang ibu dengan dua anaknya yang masih sangat kecil – kira-kira berumur lima tahun dan tujuh tahun, berpakaian compang-camping dan muka sangat lusuh. Dengan memelas si ibu tadi meminta sesuatu untuk mengganjal perut kedua anaknya yang kelaparan seharian belum makan.
Lhadalah... jam setengah 9 malam masih ada aja orang yang meminta-minta. Aneh banget khan??
Lisa dan ibunya sebenarnya waspada terhadap tamu itu, mengingat zaman sekarang marak terjadi kasus penipuan dan pencurian dengan motif meminta-minta atau pura-pura menanyakan alamat. Namun dengan sopan, ibunya Lisa menyuruh orang itu bersama anaknya masuk ke dalam rumah dan menyediakan makanan ala kadarnya; nasi putih dengan kerupuk, soalnya sudah malam dan lauk yang tersisa cuma itu.

Ketiga tamu itu makan dengan lahap dan cepat, lalu setelah menghabiskan makanan tadi si ibu dan anaknya minta pamit pulang. Lisa dan ibunya masih belum berpikiran apa-apa tentang tamunya barusan. Dan karena kuatir dengan tamunya, Lisa lari ke luar rumah menyusul perginya si ibu tadi.

Ternyata…
jreng jreng jreeeng...!!

Lho kok ga ada??
Padahal belum semenit mereka pergi meninggalkan rumah... Jalanan seputar situ juga sepi banget, di gangnya  tak satupun pintu rumah yang terbuka. Lisa menyusuri jalanan dan kebetulan di jalan ia bertemu tetangganya yang lagi nongkrong. Ia bertanya apakah mereka melihat ibu dengan dua anak yang lewat jalan tersebut barusan. Jawaban mereka TIDAK!!
Ga ada seorang pun yang lewat di situ barusan…


Nah lhoo...
Jadi ibu dan kedua anak tadi siapa?? Kok bisa menghilang tanpa jejak…?? Masa’ bisa terbang... Ga mungkin banget khan…??!

Tapi ini adalah kejadian nyata. Dan kemudian keesokan harinya, keluarga Lisa mendapat rezeki yang berlimpah. Ayahnya Lisa mendapatkan promosi kenaikan jabatan di kantornya.

Nah, teman-teman warna-warni bisa menebak sendiri khan, kira-kira siapa ibu dan kedua anak tadi sebenarnya??
Bisa jadi mereka adalah malaikat yang turun ke bumi dan menyamar, dan menguji kebaikan keluarga Lisa.

Saya juga pernah mengalami kejadian yang mirip. Pernah suatu ketika saya sedang pergi berbelanja dengan kakak saya untuk membeli sebuah baju. Cari sana cari sini, tidak menemukan yang sesuai. Kakak saya masih bersikeras untuk mencari lebih lama lagi hingga menemukan yang sesuai dengan selera. Namun, ada suatu bisikan di telinga saya yang mengatakan bahwa kami harus segera pulang mengingat hari juga sudah gelap dan tampaknya akan turun hujan. Karena terburu-buru pulang, akhirnya kami lupa untuk sekalian mampir beli makan malam. Terpaksa deh menunggu tukang jualan yang lewat di depan rumah aja sementara saat itu sudah jam 8 kurang.

Beberapa saat kemudian, lewatlah penjual putu bambu. Kami membeli hanya lima ribu rupiah. Penjualnya bilang, “Terima kasih banyak Ibu. Putu saya belum laku sedari sore, baru Ibu yang beli. Anak saya sedang sakit di rumah dan saya tidak punya uang untuk membeli obat demam…”
Mendengar hal itu, kita pun menjadi iba. Akhirnya kita beli sepuluh ribu rupiah dengan membayar dua puluh ribu rupiah, uang kembaliannya buat bapak penjualnya.
Bapak penjual putu itu sangat senang dan berkali-kali menunduk sambil mengucapkan terima kasih, dan ia pun pulang.
Esok harinya, saya mendapatkan bonus yang lumayan di kantor, demikian juga kakak saya.
Yah... suara bisikan tadi mengingatkan saya untuk menolong dan berbagi dengan sesama, yang dalam hal ini adalah bapak penjual putu.

Ya, menghormati tamu itu penting. Bukan karena kita pamrih akan mengharapkan imbalan apa-apa namun tak lepas juga karena dapat membawa nama baik keluarga.

Nah, ada satu cerita lagi yang merupakan kisah nyata juga.

Suatu hari, sebuah keluarga yang kaya kedatangan tamu. Sama seperti cerita sebelumnya, dan kalau dilihat dari penampilan tamunya sudah jelas sekali kalau tamunya ini meminta makanan juga. Tamunya memelas meminta bantuan si empunya rumah. Tapi keluarga ini malah tidak mau membukakan PINTU. Mereka pura-pura diam seakan-akan tidak ada orang di rumah.

Tapi, sebenarnya yang dilakukan oleh keluarga kaya ini sama sekali TIDAK SALAH...
KENAPA?
Biarkan gambar ini yang menjelaskannya.
Tamu Spesial
"Seikhlasnya Pak, Buu... Kasihani saya udah tiga hari belom makan..."
Saya berharap teman-teman warna-warni mengerti yang saya maksud.

Meskipun tamu itu musuh lama...
Musuh Lama
Kita tidak boleh menghardik tamu, apalagi kalau sampai...

Ckckck... kasian banget khan tuh orang!

Kita juga tidak boleh membeda bedakan status tamu. Misalnya, tamu orang kaya dapat minuman es jus buah, sedangkan tamu orang miskin cuma dapat air putih.
Itu mah namanya diskripsi, ehh diskriminasi!


Walaupun tamu tersebut adalah MANTAN pasangan kita!!
Mantan Kekasih Menghadiri Resepsi
Pengantin Pria : "Diajeng... sampeyan kalo sambil maem kok ayu tenan toh...??"
Mantan Kekasih : "Aahh... Kakang Mas bisa ajah..." (sambil tersipu)
Pengantin Wanita : "Lima menit lagi lu pada masih ngobrol, gua CERAIIN SEKARANG JUGA!!"

Hwahahaha…

Dari cerita di atas, dapat kita ambil sebuah pesan:
Menabur berbuat baik akan menuai hasil yang baik pula. Kita tidak pernah tau siapa yang kita tolong, dan Tuhan adalah Maha Melihat. Ia akan membalaskan kebaikan kita dengan cara-cara yang sama sekali tak terduga.

Salam warna-warni…