Senin, 21 Maret 2011

Diklat Prajabatan CPNS, masihkah dirasa perlu?



Setelah upload dan posting soal-soal untuk anak-anak sekolahan, kini giliran saya bercerita tentang kegiatan yang baru saya jalani belakangan ini. Bukan untuk ikut Indonesian Idol, Indonesia Mencari Bakat dan ajang-ajang pencarian bakat lainnya; bukan dihukum, bukan pula disetrap. Dua minggu lamanya saya mengikuti diklat prajabatan CPNS Golongan III regular di lingkungan instansi pemerintah provinsi tempat saya berdomisili sekarang. Saya ikut prajabatan, yang merupakan syarat mutlak seorang CPNS untuk menghilangkan huruf ‘C’ di depan, supaya menjadi PNS seutuhnya.

Bangun pukul 4 pagi, berangkat terburu-buru, mengisi absen,  PBB dan SKJ, mandi pagi dan sarapan, masuk kelas mengikuti materi, coffee break, masuk kelas lagi, makan siang, masuk kelas lagi, coffee break, pulang untuk mandi sore dan makan malam, masuk kelas lagi, ditutup dengan evaluasi materi di malam hari.
Sebuah rutinitas yang jauh dari keseharian kita. Tubuh kita begitu kaget untuk bangun pagi, berolahraga dan hidup teratur. (Kalo saya pribadi sih tidak terlalu masalah bangun pagi dan berolahraga karena sudah terbiasa, dan lokasi rumah dengan kampus pun tidak terlalu jauh sehingga tidak merasakan kelelahan yang begitu berarti)
Ada suatu bentuk keterpaksaan, namun keterpaksaaan tersebut ujung-ujungnya membuat ketagihan. Pertama kali melakoni semua rutinitas ini, terasa agak berat. Namun setelah berjalan 2-3 hari, tubuh pun mulai terbiasa.

Materi yang disajikan di diklat prajabatan CPNS regular golongan III pemerintah provinsi ini, antara lain Budaya Kerja Pemerintah, Dinamika Kelompok, Etika Organisasi Pemerintah, Kepemerintahan yang Baik, Komunikasi yang Efektif, Manajemen Kepegawaian Negara, Manajemen Perkantoran Modern, Membangun Kerjasama Tim (team building), Pelayanan Prima, Percepatan Pemberantasan Korupsi, Pola Pikir (Mind-setting PNS), Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI, Wawasan Kebangsaan dalam Kerangka NKRI, serta berbagai ceramah dan kegiatan ko-kurikuler lainnya.
Secara umum, materi yang disajikan terasa membosankan dan terkesan terlalu teoritis, walaupun tidak dapat dipungkiri beberapa bagian memang bermanfaat dan merupakan bekal untuk terjun di birokrasi pemerintahan. Ada diskusi kelompok dan studi kasus, seminar (presentasi) dan evaluasi ujian tertulis juga.
Ada beberapa bagian materi yang saya tangkap terlalu jauh dan rasanya mimpi, seperti mengubah dunia dimana termasuk di antaranya kekakuan sistem, paradigma bahwa atasan selalu benar dan bawahan hanya tau untuk mengikuti apa kata atasan meskipun itu terkadang harus melenceng dari prosedur dan standar kerja. Lucu dan geli rasanya mendiskusikan hal-hal tentang negeri di awan yang begitu aman-tertib-disiplin-harmonis, bla-bla-bla sementara kenyataan praktek di lapangan sangat jauh dari teori yang ada. Belum lagi ada beberapa widyaiswara yang kurang lihai dalam menyampaikan materi sehingga kurang menggugah peserta dalam lebih mendalami berbagai konsep yang telah diberikan.

Materi diklat yang sudah rada usang dan terkesan kaku, sebaiknya diganti dengan materi yang “lebih nyambung” dengan apa yang cukup aktual di dunia birokrasi.
Di sini lain, pola pelaksanaan diklat prajabatan dengan seperti ini seharusnya bisa dikaji lagi. Kegiatan yang terlalu padat (dari jam 5 pagi hingga jam 9 malam, Senin hingga Sabtu) tak jarang membuat peserta menjadi lemas dan mengantuk saat di kelas diakibatkan kurang istirahat. Pengkajian ini dirasa perlu sebab ada kegiatan dan materi yang bisa dibuat lebih ramping, efektif dan efisien, yang tentunya bisa menghemat waktu pelaksanaan, bukan 15 hari (bahkan ada isu mulai tahun 2012 akan diadakan 24 hari) secara maraton seperti sekarang.
Apapun itu, semuanya sudah saya jalani dan saya lewati. Saya bersama teman-teman seangkatan LULUS semua dari diklat prajabatan ini, tanpa ada yang harus mengulang tahun depan ataupun yang lulus bersyarat.
Yup, ambil nilai positifnya saja deh… Bisa bangun pagi, olahraga, hidup teratur, teman-teman baru dan kebersamaan…
Photobucket