Selasa, 29 Maret 2011

Tips Mengatasi Kantor yang Membosankan


Huuffft... Rasa-rasanya belakangan ini koq mulai rada bosen yaa dengan pekerjaan di kantor? Apalagi dengan situasi kantor yang notabene adalah instansi milik pemerintah dimana semua sudah terikat dengan sistem yang baku, tidak ada tantangan yang bikin gregetan kerja. Akhirnya iseng-iseng nyari artikel di media, dan nemuin tips ini.
Sekedar berbagi, untuk diri sendiri dan kita yang sedang mengalami kebosanan akut di kantor.


Kantor sudah bukan lagi tempat kamu untuk berkarya dan mengaktualisasikan diri. Semua berjalan monoton, begitu-begitu saja dan… yang paling menyedihkan: Kamu bekerja hanya untuk mendapatkan gaji! Kenapa sih kantor terasa begitu membosankan? Sebelum kita mulai, berilah tanda pada kalimat di bawah ini yang paling mendekati kebenaran keadaan kamu saat ini:
1. Bangun pagi tidak bersemangat.
2. Selalu punya alasan untuk tidak masuk kantor.
3. Rajin melihat kalender untuk mengecek berapa hari lagi tanggal gajian tiba.
4. Mudah mengantuk.
5. Badan cenderung lunglai.
6. Mencari aktivitas lain di luar kantor.
7. Lebih banyak main game/chatting dibanding kerja.
Apabila minimal 3 kalimat di atas kamu beri tanda, maka kemungkinan besar kamu terserang kebosanan di kantor. Makin banyak diberi tanda, maka makin akutlah tingkat kebosanan kamu.
Berikut ini ada 5 hal yang menjadi sumber kebosanan kamu:
1.   Terlalu Sedikit.
Kamu hanya diberi tanggung jawab sedikit pekerjaan. Tugas minggu ini bisa diselesaikan hanya dalam waktu 1 atau 2 hari. Aktivias yang hanya sedikit ini membuat kamu bosan menjalani rutinitas di kantor. Bahayanya, dalam mengerjakan pekerjaan yang hanya sedikit itu pun, bila dibiarkan lama-kelamaan kualitasnya akan makin menurun.
Solusi: Cari tahu mengapa kamu hanya diberi sedikit pekerjaan. Apalagi bila teman selevel kamu begitu sibuk. Mintalah tambahan pekerjaan pada atasan.

2.   Terlalu Gampang.
Tanpa perlu berpikir keras, kamu bisa menyelesaikan pekerjaan dengan cepat dan baik. Pekerjaan yang terlalu mudah dan tidak menantang membuat kamu mudah terserang rasa bosan. Bahayanya, lama-lama kamu potensial melakukan kesalahan kecil yang tidak perlu karena menggampangkan pekerjaan.
Solusi: Amati pekerjaan di kantor secara menyeluruh, dan carilah persoalan yang bisa menantang otak kamu.

3.   Tidak variatif.
Pekerjaan yang ada di hadapan kamu itu lagi, itu lagi. Sama sekali tidak variatif. Bahkan, kamu bisa menebak dengan jitu apa saja yang akan kamu alami dalam satu hari, bahkan dalam satu minggu. Begitu tidak variatifnya pekerjaan yang kamu hadapi, hingga kamu tak hanya bosan tapi juga frustasi. Bahayanya, kamu akan jadi ‘anak nakal’ yang tukang bikin gara-gara. ’Mengganggu’ meja sebelah karena melihat pekerjaannya berbeda dengan yang kamu lakukan.
Solusi: Tawarkan bantuan pada rekan kerja. Pastikan bahwa dia tidak terganggu dengan tawaran itu.

4.   Suasana Monoton.
Suasana kerja yang superformil (terutama bila kamu manusia penyuka situasi informal) dan tenang, berpotensi membuat kamu bosan. Apalagi kalau model komunikasi antar rekan yang penuh basa-basi. Dalam sitasi ini , kamu memang bisa mati bosan! Bahayanya, kamu akan mudah mengantuk atau malah berlama-lama di luar kantor pada jam makan siang. Kamu bisa tidak produktif dan ini berpengaruh pada penilaian hasil kerja.
Solusi: Bangunlah suasana yang lebih menyenangkan, siapa tahu tak hanya Kamu yang merindukan suasasn kerja yang lebih riang.

5.   Miskin Feedback. Kamu tidak pernah tahu apakah yang kamu lakukan sudah benar atau belum. Semuanya berjalan flat. Hubungan kamu dengan atasan pun hanya sebatas terima order dan menyerahkan pekerjaan. Kamu tidak pernah tahu apa yang diharapkan atasan. Pun kamu tidak tahu, perusahaan ini akan berjalan ke arah mana. Bahayanya, kamu akan tidak berkembang. Apa yang kamu ketahui tahun lalu, sama dengan apa yang kamu pahami saat ini. Tidak ada hal baru yang akan membuat kamu lebih pintar.
Solusi: Setiap kali menyerahkan pekerjaan, tanyakan pendapat atasan atas hasilnya. Sering-seringlah juga bertanya harapan atasan terhadap kamu dan tempat kerja ini. Lama-lama atasan akan memahami kebutuhan kamu.
6.   Kebijakan Satu Arah.
Terkadang perusahaan membuat kebijakan-kebijakan yang tidak berpihak pada karyawannya. Kalau satu-dua kebijakan, mungkin masih bisa kamu toleransi, namun apabila sebagian besar kebijakan ‘memojokan’ kepentingan-kepentingan karyawan yang mungkin akan berdampak pada penghasilan kamu, maka mungkin kamu akan ‘terganggu’, apalagi hal ini berimbas pada keuangan rumah tangga kamu. Bahayanya, kamu menjadi merasa tidak tenang dan nyaman selama bekerja di kantor kamu, was-was akan munculnya kebijakan-kebijakan baru yang semakin menjepit kamu. Padahal di lain sisi, kamu telah mencurahkan jiwa dan raga kamu pada perusahaan kamu.
Solusi: Sampaikanlah masukan pada manajemen kamu melalui lisan baik secara informal atau formal. Apabila managemen kamu tutup telinga terhadap cara kamu tersebut, cobalah untuk membuat semacam serikat kerja yang diharapkan mampu menjembatani kepentingan staf/karyawan dan perusahaan. Apabila cara tersebut juga tidak mempan, sedangkan di lain sisi kepentingan kamu semakin terpojok, silahkan kamu membuat surat terbuka kepada perusahaan kamu namun tetap disampaikan dengan tata bahasa yang santun. Biasanya sampai dalam taraf ini, perusahaan akan ‘terpaksa’ berpaling ke arah kamu, dan hanya ada 2 kemungkinan yang akan terjadi: suara kamu didengarkan atau kamu harus mulai mencari pekerjaan baru lagi, karena manajemen tidak menyukai langkah kamu, namun setidaknya kamu sudah menyuarakan suara hati dan membela harga diri kamu sendiri.




*dari berbagai sumber.