Senin, 21 Maret 2011

PNS sebagai pelayan dan pengayom masyarakat


Banyak orang bermimpi bisa menjadi pegawai negeri sipil (PNS) atau public servant. Tidak mengherankan apabila mayoritas warga pribumi tergila-gila mengharapkan bisa mewujudkan mimpinya menjadi PNS. Hal ini terlihat saat pemerintah membuka pendaftaran calon pegawai negeri sipil (CPNS), yang belakangan ini rutin dilakukan setiap tahun. Setiap lowongan formasi CPNS selalu disesaki peminat, begitu berjubel datang dari berbagai penjuru dan beragam tingkat pendidikan.
Pada saat itu, sebagian besar masyarakat yang masih memenuhi persyaratan administratif akan berlomba-lomba mendaftarkan diri dengan mengisi posisi PNS yang tersedia.
Umpama posisi tenaga umum banyak dibutuhkan pemerintah, calon pelamar dari lulusan kampus berbagai jurusan akan mengambil peluang itu. Mereka tidak mempermasalahkan apakah pekerjaannya cocok atau tidak dengan latar belakang ilmu yang dikuasainya. Yang terpenting bagi mereka sebenarnya bukan posisi, melainkan status PNS itu yang dikejar.
Tidak heran banyak sarjana asyik memburu peluang menjadi PNS, meski berposisi sebagai staf umum. Alasannya mengincar PNS adalah hidupnya di masa tua akan terjamin. Dengan standard gaji layak dan terus meningkat setiap tahunnya, serta bisa bolos kerja di hari kejepit membuat banyak pihak yang tergiur bekerja sebagai abdi negara. Kondisi yang tidak akan bisa didapatkan pekerja di sektor swasta.
Belum lagi jaminan uang pensiun dan resiko pemecatan kecil, ditambah anggapan kerjanya santai membuat orang berbondong-bondong mendaftarkan diri ikut tes perekrutan CPNS. Saking bersemangatnya mengejar status PNS, tidak sedikit orang yang hampir setiap tahun saban musim penerimaan tes CPNS selalu ikut. 
Meski sudah bekerja di sektor swasta dan memiliki segudang pengalaman, serta beberapa kali gagal dalam tes CPNS tetap saja mengincar posisi pekerjaan sebagai abdi negara tersebut. Fenomena lainnya adalah cukup banyak orang yang sudah bekerja, entah akibat dorongan orang tua, rayuan orang dekat, ajakan teman, atau sekedar ikut-ikutan, tergoda ikut tes perekrutan. Orang yang tahun lalu ikut tes CPNS, tapi gagal akan terus penasaran dan berulang kali ikut tes hingga akhirnya berhasil.
Atau yang bersangkutan akan berhenti jika umurnya sudah tidak memenuhi syarat administrasi. Karena saya yakin ada banyak sekali orang yang ikut tes CPNS sudah berkali-kali namun tidak jera juga. Kembali lagi saya nilai hal itu lebih disebabkan yang bersangkutan mengejar status.
Jika ditarik kesimpulan, motivasi orang menjadi PNS bukan mengabdikan diri kepada negara dan masyarakat melainkan lebih pada pemenuhan kepentingan diri sendiri. Sebagai abdi Negara dan abdi masyarakat yang telah memilih tugas sebagai pelayan, pengayom dan pelindung masyarakat dituntut untuk memiliki semangat pengabdian dan disiplin yang tinggi serta rela berkorban bagi bangsa dan Negara. Namun kenyataannya, sangat sedikit pelamar PNS yang prihatin dan hatinya terpanggil untuk mengubah keadaan buruknya pelayanan birokrasi kepada masyarakat di berbagai hal.
Melihat realita itu saya sangat prihatin. 
Bukan bermaksud kelihatan sok di mata orang lain, namun miris melihat kondisi para calon abdi negara yang hanya mengejar ambisi pribadi. Sedikit yang punya misi mulia ingin mendedikasikan diri untuk melayani masyarakat dan mengabdi pada bangsa dan Negara jika menjadi PNS.
Padahal kunci dunia kerja yang menjadi pembeda adalah panggilan hati. Jika sejak awal motivasi seseorang sudah keliru mengincar pekerjaan PNS, tidak heran budaya kerja di birokrasi terlihat santai. Meski aturan disiplin kerja sudah dibuat sedemikian rupa ketatnya, namun banyak yang acuh dan dengan entengnya melanggar. Kasus yang umum terjadi adalah razia yang berhasil menjaring PNS yang kedapatan bolos di mal/kafe atau tempat-tempat hiburan lainnya saat jam kerja.
Sebenarnya semua pekerjaan itu sama asal dilakukan sesuai dengan panggilan hati, bukan semata-mata hanya sebagai status. Tapi, lagi-lagi karena mindset orang pribumi masih menganggap PNS sebagai sektor menjanjikan maka hingga kapanpun orang akan berduyun-duyun mendaftar ikut tes CPNS meski rasio peluang diterima sangat kecil.
Keberadaan PNS sebagai penggerak birokrasi memang sangat dibutuhkan. Semua sektor kehidupan berbangsa dan bernegara, mulai dari pendidikan, budaya, agama, budaya, ekonomi, hukum, keamanan, pertahanan, dan sebagainya, tidak terlepas dari kiprah PNS (termasuk anggota Polri dan TNI). Namun kinerja dan profesionalismenya perlu terus diperbaiki dengan upaya pengembangan yang terpadu dan terstruktur. PNS adalah abdi negara dan pelayan masyarakat, jangan bersikap kebalikannya. Untuk itu perlu ada kesadaran secara korps, bahwa masa depan bangsa dan negara tergantung bagaimana kinerjanya. Bagaimanapun kehidupan PNS relatif lebih terjamin dibanding kelompok masyarakat lainnya. Dengan diberikannya kelebihan oleh negara, sudah sepantasnya setiap PNS bahu-membahu untuk menyelenggarakan birokrasi yang jujur, adil dan maju.